KHUTBAH IDUL FITRI: Mengurai Makna Fitrah di Tengah
Arus Perubahan dan Dinamika Kehidupan
Khodimul Ma’had Nabatussalam Bandung
الله
ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْالله ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ الله
ُأكْبَرْالله ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ لاَإلَهَ إلاَّ الله
ُوَالله ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ وَلِلَّهِ الْحَمْد ، الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ
بِنِْعمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا
لِنَهْتَدِيَ لَوْلاَ أنْ هَدَانَا الله ُ ، أشْهَدُ أنْ لاَإلَهَ إلاَّ الله
ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيُ خَصَّنَا بِخَيْرِ كِتَابٍ أُنْزِلَ
وَأَكْرَمَنَا بِخَيْرِ نَبِىٍّ أُرْسِلَ وَأَتَمَّ عَلَيْنَا النٍّعْمَةَ
بِأَعْظَمِ دِيْنِ شَرْعٍ دِيْنِ اْلإسْلاَمِ ، أليَوْمَ أكْمَلْتُ لَكُمْ
دِيْنَكُمْ وَأتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ اْلإسْلَمَ
دِيْنًا ، وَ أشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أَدَّى
اْلأَمَانَةَ وَبَلَّغَ الرِّسَالَةَ وَنَصَحَ اْلأُمَّةَ وَتَرَكَنَا عَلىَ
اْلمَحَجَّةِ اْلبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا ، لاَيَزِيْغُ عَنْهَا إلاَّ
هَالِكٌ, أللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
النَّبِيِّ اْلكَرِيْمِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحَابَتِهِ الطَّاهِرِيْنِ وَمَنْ
تَبِعَهُمْ بِإحْسَانٍ إلَى يَوْمِ الدِّيْنِ . أمَّا بَعْدُ,
فَيَا
عِبَادَ اللهِ ! اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ,
وَاعْلَمُوْا أَنَّ يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ وَعِيْدٌ كَرِيْمٌ, قَالَ
الله ُعَزَّ وَجَلَّ : وَلِتُكْمِلُوْا العِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلىَ مَا
هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ :
Hadirin
sidang Jamaah Idul Fitri yang Dimuliakan Allah
Dalam suasana pagi hari yang khidmat berselimut rahmat dan kebahagiaan ini,
marilah kita senantiasa memanjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas
segala curahan rahmat dan nikmat-Nya kepada kita semua, sehingga di pagi hari
yang cerah ini kita dapat menunaikan sholat ‘dul Fitri dengan khusyu’ dan
tertib.
Hari ini,
takbir dan tahmid berkumandang di seluruh penjuru dunia, mengagungkan asma
Allah SWT. Kumandang takbir dan tahmid itu sesungguhnya adalah wujud kemenangan
dan rasa syukur kaum muslimin kepada Allah SWT atas keberhasilannya meraih
fitrah (kesucian diri) melalui mujahadah (perjuangan lahir dan batin) dan
pelaksanaan amal ibadah selama bulan suci Ramadhan yang baru berlalu. Allah SWT
menegaskan :
وَلِتُكْمِلُوْا
العِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلىَ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
“Dan
hendaklah kamu menyempurnakan bilangannya dan mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepada kamu semoga kamu bersyukur (kepada-Nya).”
(QS. al-Baqoroh : 185)
Islam
sesungguhnya telah mengajarkan takbir kepada umatnya, agar ia senantiasa
mengagungkan asma Allah SWT kapanpun dan di manapun, saat adzan kita
kumandangkan takbir, saat iqamah kita lafalkan takbir, saat membuka shalat kita
ucapkan takbir, saat bayi lahir kita perdengarkan kalimat takbir, saat
menyembelih hewan kita baca takbir, bahkan saat di medan laga perjuangan, kita
juga mengumandangkan suara takbir.
الله ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ الله ُأكْبَرْ وَلِلَّهِ
الْحَمْد
Dalam
suasana kemenangan ini, marilah kita menghayati kembali makna kefitrahan kita,
baik sebagai hamba Allah maupun sebagai khalifatullah fil ardli. Idul Fitri
yang dimaknai kembali kepada kesucian ruhani,’ atau ‘kembali ke asal kejadian
manusia yang suci, atau ‘kembali ke agama yang benar’, sesungguhnya
mengisyaratkan, bahwa setiap orang yang merayakan Idul fitri berarti dia sedang
merayakan kesucian ruhaninya, mengurai asal kejadiannya dan menikmati sikap
keberagamaan yang benar, keberagamaan yang diridlai Allah swt.
Di sinilah
sesungguhnya letak keagungan dan kebesaran hari raya Idul fitri, Hari di mana
para hamba Allah merayakan keberhasilannya mengembalikan kesucian diri dari
segala dosa dan khilaf melalui pelaksanaan amal shaleh dan ibadah puasa
Ramadhan, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW :
مَنْ صَامَ
رَمَضَانَ إيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Siapa
yang berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar keimanan dan dilaksanakan dengan
benar, maka ia diampuni dosa-dosanya yang telah lewat”. (HR. Imam Muslim).