Diterjemahkan dengan ringkas dari Kitab
Al Anwaarul Bahiyyah Min Israa’ Wa Mi’raaj Khoiril Bariyyah, Karya Al Imam Al
Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Hasany RA.
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW
berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring
diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin
Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau
lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka
merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu
malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril
membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril
berkata kepada Mikail:
“Datangkan kepadaku nampan dengan air
zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”.
Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini
bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah
dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah
kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih
memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan
maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan
Allah SWT.
Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati
beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan
emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau,
maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh
kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.
Setelah itu disiapkan untuk Baginda
Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini
berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan
telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun
dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi
pahanya untuk membantu kecepatannya.
Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”, mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya’ yang menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani
disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu
Sa’ad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali
kendali.
(Mereka terus melaju, mengarungi alam
Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di
tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma,
lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau
sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat?”, “Tidak”, jawab
beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah)
dan kesana anda akan berhijrah”.
Kemudian buroq berangkat kembali
melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan
matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta
sholatlah di tempat ini!”, setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril
memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa
bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.
Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina’, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.
Setelah melanjutkan perjalanan,
tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan
semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril
berkata:“Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa
kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada
wajahnya lalu dia binasa?”
Kemudian Jibril AS memberitahukan doa
tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai
akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan
langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali
seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW
bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab:” mereka adalah
para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan
mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.
Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril AS.
Masyitoh adalah tukang sisir anak
perempuan Firaun, ketika dia melakukan pekerjaannya tiba-tiba sisirnya
terjatuh, spontan dia mengatakan: “Bismillah, celakalah Firaun”, mendengar ini
anak Firaun bertanya: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?”, Masyithoh
menjawab: “Ya”.Kemudian dia mengancam akan memberitahukan hal ini kepada
Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim itu, dia berkata: “Apakah
kamu memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithoh menjawab: “Ya, Tuhanku dan Tuhanmu
adalah Allah”.
Mengetahui keteguhan iman Masyithoh,
kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang
tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua
anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan
suaminya, justru dia berkata: “Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan,
dan kami harap jika kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat”.
Maka Firaun memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya, kemudian anak itu berkata: “Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh engkau berada pada jalan yang benar”, kemudian dilemparlah dia dan anaknya.
Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.
Kemudian beliau juga bertemu sekelompok
kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di
sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih
untk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan
perihal ini, Jibril menjawab: “Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai
isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan
wanita yang jelek (hina), dan begitupula mereka adalah para wanita yang
mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain
untuk berzina dengannya”.
Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan:“Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi Rasulullah tidak memperdulikannya.
Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu
adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat
beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari
sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak
menjawabnya. Walhamdulillah.
Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat”.
Demikianlah perjalanan ditempuh oleh
beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan
hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti
di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya
pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi
mengikat buraq di sana.
Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya’ dan Mursalin.
Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat anda”.
Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al
Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai
malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Mi’raj yakni naik menembus berlapisnya
langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa
dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini
mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang
luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung
untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup
kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah
hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat,
Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke
hadirat Nya untuk menerima perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.
Jibril meminta izin agar pintu langit
pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:
“Siapakah ini?”
Jibril menjawab: “Aku Jibril.”
Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah
yang bersamamu?”
Jibril menjawab: “Muhammad saw.”
Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau
telah diutus (diperintah)?”
Jibril menjawab: “Benar”.
Setelah mengetahui kedatangan
Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan
berkata:
“Selamat datang, semoga keselamatan
menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan
pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”. Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi
Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya.
Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam
menjawab salam beliau seraya berkata:
“Selamat datang wahai anakku yang
sholeh dan nabi yang sholeh”.
Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua
kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri,
tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih.
Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah
kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang
yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Kemudian Rasulullah melanjutkan
perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada
kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi
mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka
adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan
mendatangi yang haram.
Kemudian beliau berjalan sejenak, dan
tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang
penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar,
sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka
adalah manusia yang suka memakan riba.Disana beliau juga menemui suatu kaum,
daging mereka dipotong-potong
lalu dipaksa agar memakannya, lalu
dikatakan kepada mereka:
“makanlah daging ini sebagaimana kamu
memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.
Kemudian beliau naik ke langit kedua,
seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit
pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan
sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya
bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing
duduk bersama umatnya.
Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia
berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai
seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi
menyerupakannya
dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas’ud
ats Tsaqafi.
Nabi bersalam kepada keduanya, dan
dijawab salam beliau disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang
sholeh dan nabi yang sholeh”.
Kemudian tiba saatnya beliau
melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau
berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas
dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.
Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah
diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah
paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan
manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.
Ketika tiba di langit keempat, beliau
berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama
seperti Nabi-Nabi sebelumnya.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi
Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena
uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu’
mendengarkan petuahnya.
Setelah sampai di langit keenam, beliau
berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi
dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan
ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.
Kemudian beliau melewati sekelompok
umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan
kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya,
tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada
sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi,
lalu ada suara:“Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang
masuk surga tanpa hisab “.
Pada tahapan langit keenam inilah
beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi,
putih kemerah-merahan
kulit beliau. Nabi saw bersalam
kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa
berkata: “Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi
Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.
Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa,
beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku
menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih
banyak masuk surga daripada umatku”.
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit
ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi
dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul
Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.
Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab
dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan:
“Perintahkanlahumatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga
sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”,
Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil
‘aliyyil ‘adziim“.
Dalam riwayat lain beliau berkata:
“Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga
sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah
Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar”.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke
Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang
cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun
memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah
bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang
jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak
seorang pun mampu melukiskan keindahannya.
Kemudian beliau saw diangkat sampai
akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw.
Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan
yang belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati
setiap insan.
Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya.
Dalam satu riwayat, setelah beliau
melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul
Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah
Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril
tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah
SWT.
Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT.
Allah berfirman: “Wahai Muhammad.”Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau.
“Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya.
Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah
menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa,
Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman
kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin,
Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati
orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati”.
Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku
telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.
Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan
dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda: ” … kemudian Allah
mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada
Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya: “Apa yang telah Allah wajibkan
kepada umat anda?”
Aku menjawab: “50 sholat”,
Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu
dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”,
Maka aku kembali kepada Allah agar
diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku
turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata: “Sungguh umatmu tidak akan mampu
melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”.
Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan
demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya
Allah berfirman: “Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam,
setiap satu sholat seperti dilipatgandakan
menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”.
Maka aku beritahukan hal ini kepada
Musa, namun tetap dia berkata:“Kembal
ilah kepada Rabbmu agar minta
keringanan”,
Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah
berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.
Setelah beliau menerima perintah ini,
maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al
Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar.
Pagi harinya beliau memberitahukan
mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka
mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu
pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu
Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara
mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat.
Sungguh keimanan itu intinya adalah
membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan
Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat
dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin
(dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala
ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.
Inilah ringkasan dari perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan ringkas dari kitab Al Anwaarul Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky al Hasany RA, Mahaguru dari Al Ustadz al habib Sholeh bin Ahmad al Aydrus.
001. (Maha Suci) artinya memahasucikan
(Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya) yaitu Nabi Muhammad saw. (pada
suatu malam) lafal lailan dinashabkan karena menjadi zharaf. Arti lafal al-isra
ialah melakukan perjalanan di malam hari; disebutkan untuk memberikan
pengertian bahwa perjalanan yang dilakukan itu dalam waktu yang sedikit; oleh
karenanya diungkapkan dalam bentuk nakirah untuk mengisyaratkan kepada
pengertian itu (dari Masjidil haram ke Masjidil aksa) yakni Baitul makdis;
dinamakan Masjidil aksa mengingat tempatnya yang jauh dari Masjidil haram (yang
telah Kami berkahi sekelilingnya) dengan banyaknya buah-buahan dan
sungai-sungai (agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda Kami) yaitu
sebagian daripada keajaiban-keajaiban kekuasaan Kami. (Sesungguhnya Dia adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui) artinya yang mengetahui semua perkataan
dan pekerjaan Nabi saw. Maka Dia melimpahkan nikmat-Nya kepadanya dengan
memperjalankannya di suatu malam; di dalam perjalanan itu antara lain ia sempat
berkumpul dengan para nabi; naik ke langit; melihat keajaiban-keajaiban alam
malakut dan bermunajat langsung dengan Allah swt. Sehubungan dengan peristiwa
ini Nabi saw. menceritakannya melalui sabdanya, "Aku diberi buraq; adalah
seekor hewan yang berbulu putih; tingginya lebih dari keledai akan tetapi lebih
pendek daripada bagal; bila ia terbang kaki depannya dapat mencapai batas
pandangan matanva. Lalu aku menaikinya dan ia membawaku hingga sampai di
Baitulmakdis. Kemudian aku tambatkan ia pada tempat penambatan yang biasa
dipakai oleh para nabi.
Selanjutnya aku memasuki Masjidilaksa
dan melakukan salat dua rakaat di dalamnya. Setelah itu aku keluar dari
Masjidilaksa datanglah kepadaku malaikat Jibril seraya membawa dua buah cawan;
yang satu berisikan khamar sedangkan yang lain berisikan susu. Aku memilih
cawan yang berisikan susu, lalu malaikat Jibril berkata, 'Engkau telah memilih
fitrah (yakni agama Islam).' Nabi saw. melanjutkan kisahnya, kemudian malaikat
Jibril membawaku naik ke langit dunia (langit pertama), lalu malaikat Jibril
mengetuk pintu langit; ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat
Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah yang bersamamu
itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah
dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah
diutus untuk menemui-Nya.' Kemudian pintu langit pertama dibukakan bagi kami;
tiba-tiba di situ aku bertemu dengan Nabi Adam. Nabi Adam menyambut
kedatanganku, dan ia mendoakan kebaikan untukku. Kemudian malaikat Jibril
membawaku naik ke langit yang kedua, malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang
kedua. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab,
'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?'
Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia
telah diutus untuk menghadap kepada-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah
diutus untuk menemui-Nya.' Maka pintu langit yang kedua dibukakan bagi kami;
tiba-tiba aku bertemu dengan dua orang anak bibiku, yaitu Nabi Yahya dan Nabi
Isa.
Lalu keduanya menyambut kedatanganku,
dan keduanya mendoakan kebaikan buatku. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik
ke langit yang ketiga, maka malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang ketiga,
lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.'
Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril
menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk
menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.'
Maka dibukakanlah pintu langit ketiga bagi kami, tiba-tiba aku bertemu dengan
Nabi Yusuf; dan ternyata ia telah dianugerahi separuh daripada semua keelokan.
Nabi Yusuf menyambut kedatanganku, lalu ia mendoakan kebaikan bagiku. Kemudian
malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang keempat, maka malaikat Jibril
mengetuk pintu langit. Lalu ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat
Jibril menjawab. 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang
bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi
kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril
menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka pintu langit yang keempat
dibukakan bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Idris, ia menyambut
kedatanganku dan mendoakan kebaikan bagiku.
Kemudian malaikat Jibril membawaku ke
langit yang kelima, lalu malaikat Jibril mengetuk pintu langit yang kelima,
maka ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.'
Dan ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat
Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah
diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk
menemui-Nya.' Lalu dibukakanlah pintu langit yang kelima bagi kami; tiba-tiba
aku bertemu dengan Nabi Harun, ia menyambut kedatanganku dan mendoakan kebaikan
bagiku. Selanjutnya malaikat Jibril membawaku naik ke langit yang keenam, lalu
ia mengetuk pintunva, ditanyakan kepadanya, 'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab,
'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Siapakah orang yang bersamamu itu?'
Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.' Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia
telah diutus untuk menemui-Nya?' Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus
untuk menemui-Nya.' Maka dibukakanlah pintu langit yang keenam buat kami,
tiba-tiba aku bertemu dengan Nabi Musa, lalu Nabi Musa menyambut kedatanganku,
dan ia mendoakan kebaikan bagiku.
Kemudian malaikat Jibril membawaku naik
ke langit yang ketujuh, lalu ia mengetuk pintunya. Ditanyakan kepadanya,
'Siapakah kamu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Jibril.' Ditanyakan lagi kepadanya,
'Siapakah orang yang bersamamu itu?' Malaikat Jibril menjawab, 'Muhammad.'
Ditanyakan lagi kepadanya, 'Apakah dia telah diutus untuk menemui-Nya?'
Malaikat Jibril menjawab, 'Dia telah diutus untuk menemui-Nya.' Maka
dibukakanlah pintu langit yang ketujuh bagi kami; tiba-tiba aku bertemu dengan
Nabi Ibrahim. Kedapatan ia bersandar pada Baitulmakmur.
Ternyata Baitulmakmur itu setiap
harinya dimasuki oleh tujuh puluh ribu malaikat, yang selanjutnya mereka tidak
kembali lagi padanya. Kemudian malaikat Jibril membawaku naik ke Sidratul
Muntaha, kedapatan daun-daunnya bagaikan telinga-telinga
gajah dan buah-buahan bagaikan
tempayan-tempayan yang besar. Ketika semuanya tertutup oleh nur Allah, semuanya
menjadi berubah. Maka kala itu tidak ada seorang makhluk Allah pun yang dapat
menggambarkan keindahannya.
Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya,
maka Allah mewahyukan kepadaku secara langsung, dan Dia telah (mewajibkan)
kepadaku lima puluh kali salat untuk setiap hari. Setelah itu lalu aku turun
hingga sampai ke tempat Nabi Musa (langit yang keenam). Maka Nabi Musa bertanya
kepadaku, 'Apakah yang diwajibkan oleh Rabbmu atas umatmu?' Aku menjawab, 'Lima
puluh kali salat untuk setiap harinya.' Nabi Musa berkata, 'Kembalilah kepada
Rabbmu, lalu mintalah keringanan dari-Nya karena sesungguhnya umatmu niscava
tidak akan kuat melaksanakannya; aku telah mencoba Bani Israel dan telah
menguji mereka.' Rasulullah saw. melanjutkan kisahnya, maka aku kembali kepada
Rabbku, lalu aku memohon, 'Wahai Rabbku, ringankanlah buat umatku.' Maka Allah
meringankan lima waktu kepadaku.
Lalu
aku kembali menemui Nabi Musa. Dan Nabi Musa bertanya, 'Apakah yang telah kamu
lakukan?' Aku menjawab, 'Allah telah meringankan lima waktu kepadaku.' Maka
Nabi Musa bertanya, 'Sesungguhnya umatmu niscaya tidak akan kuat melakukan hal
tersebut, maka kembalilah lagi kepada Rabbmu dan mintalah keringanan buat
umatmu kepada-Nya.' Rasulullah melanjutkan kisahnya, maka aku masih tetap
mondar-mandir antara Rabbku dan Nabi Musa, dan Dia meringankan kepadaku lima
waktu demi lima waktu. Hingga akhirnya Allah berfirman, 'Hai Muhammad, salat
lima waktu itu untuk tiap sehari semalam; pada setiap salat (tafsir jalalain)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar