TUHAN KERAP HADIR SECARA TAK TERDUGA-DUGA
Syekh Ibn Ataillah berkata:
Kaifa yutasawwaru an yahjubahu syai’un wa huwa ‘l-ladi adzhara kulla
syai’in? Kaifa yutashawwaru an yahjubahu syai’un wa huwa ‘l-ladzi
dzahara bi kulli syai’in? Kaifa yutashawwaru an yahjubahu sya’iun wa
huwa ‘l-ladzi dzahara fi kulli saya’in?
Terjemahan:
Bagaimana Dia bisa terhalang oleh sesuatu (sehingga tak tampak kepada
hamba-Nya), padahal Dialah yang menjadikan segala sesuatu tampak?
Bagaimana Dia bisa dihalang-halangi oleh sesuatu, sementara Dia lah
yang justru menampakkan Diri lewat sesuatu itu? Bagaiama Dia bisa
dihalang-halangi oleh sesuatu sementara Dia lah yang tampak di dalam
segala sesuatu?
Ini adalah salah satu meditasi Syekh Ibn Ataillah
yang maknanya sangat mendalam. Renungan ini bisa kita pahami melalui
dua pengertian: pengertian umum dan khusus.
Pengertian umum.
Kebenaran dengan K besar tak bisa dihalang-halangi oleh apapun. Sebab
Dia tampak dan mewujud melalui segala sesuatu, di dalam segala sesuatu.
Kebenaran itu ada di mana-mana, dan bisa dijumpai melalui dan dalam
segala hal yang ada di dunia ini. Bagi seorang beriman, seorang yang tak
terpenjara oleh “kekafiran” materialisme, segala hal adalah wahana
melalui mana Dia Yang Maha Benar menampakkan diri kepada manusia. Ini
yang disebut dalam ilmu kerohanian Islam sebagai tajalli, “epiphany”.
Tuhan adalah Dia yang membuat sesuatu muncul dari kegelapan ke kondisi
terang-benderang sehingga bisa terlihat, tampak. Karena itu, tak ada
sesuatu pun yang bisa menghalangi penampakan-Nya.
Dalam kehidupan
sehari-hari, kita kerap mendapatkan pemahaman dan kebijaksanaan hidup
melalui hal-hal yang sederhana. Kadang-kadang Tuhan menyampaikan
pengertian kepada kita melalui jalan yang tak terduga-duga. Perjumpaan
kita dengan seorang kawan lama yang sudah menghilang bertahun-tahun,
bisa menjadi wasilah atau instrumen melalui mana Tuhan hendak
menyampaikan pengertian tentang kebijaksanaan hidup kepada kita.
Kadang-kadang, kita menjumpai dan merasakan kehadiran Kebenaran, “divine
presence”, al-hudur al-ilahi, melalui kegiatan-kegiatan yang dari luar
tak tampak sebagai kegiatan yang biasa diberikan label ibadah.
Kadang-kadang kita malah tak merasakan kehadiran-Nya saat salat. Ini
memang pengalaman yang aneh. Sebab Tuhan adalah Dia yang kehadirannya
tak bisa diduga-duga. Tak ada sesuatu apapun di dunia ini yang bisa
menutup jalan kehadiran-Nya jika Dia menghendaki untuk hadir dan
menampakkan Diri kepada hamba-Nya.
Banyak tindakan yang labelnya
ibadah, tetapi justru kosong makna, hampa, tanpa kehadiran Yang Maha
Benar. Sementara itu, banyak tindakan yang tampaknya sangat duniawi,
sama sekali tak kelihatan sebagai kegiatan keagamaan, tetapi justru
Tuhan menampakkan Diri-Nya di sana.
Ini sejatinya mengajarkan
kepada kita "ethics of humility", sikap rendah hati. Kegiatan ritual
yang secara taat kita lakukan setiap hari, jangan membuat kita sombong
dan menyombongi orang lain, sebab, belum tentu ritual semacam itu
membuat kita merasakan kehadiran Tuhan.
Sementara itu, seseorang
yang dalam penampakan luarnya terlihat sibuk dengan kegiatan duniawi,
belum tentu dia kurang "spiritual" dibanding orang-orang lain yang
setiap harinya berlumuran dengan ibadah.
Sebab Tuhan hadir secara
tak terduga-duga. Dia hadir melalui segala sesuatu, dan di dalam segala
sesuatu. Dan kehadiran-Nya tak bisa dicegah, dihalang-halangi oleh
apapun.
Pengertian khusus. Bagi seorang yang sudah mencapai tahap
ma’rifat, tahap pemahaman mengenai hakekat dan rahasia ketuhanan, tak
ada wujud di dunia ini selain Dia. Wujud yang hakiki hanyalah ada pada
Tuhan. Selebihnya adalah wujud yang semu. Bagaimana mungkin wujud yang
semu bisa menghalangi Wujud Yang Hakiki? Bagaimana mungkin bulan
menghalangi sinar matahari, sementara cahaya bulan berasal secara
derivatif dari matahari?
Wali besar dari Baghdad Syekh Abdul
Qadir Jilani (w. 1166) mendendangkan sebuah kasidah indah yang disebut
dengan kasidah Ainiyyah:
Tajallaita fi 'l-asy-ya’i khina khalaqtaha
Fa-ha hiya mithat ‘anka fiha ‘l-baraqi’u
Tuhan, Engkau menyingkapkan diri
Ketika mencipta segala sesuatu.
Dan kini, telekung yang menutupi Engkau,
Tersingkap dari segala sesuatu yang Engkau ciptakan itu.
Catatan: Telekung: mukena, pakaian yang dipakai perempuan saat salat/sembahyang.
Dalam sebuah hadis qudsi yang terkenal di kalangan para sufi, Tuhan
berfirman: Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi, dan Aku ingin
diketahui, lalu Aku ciptakan segala bentuk ciptaan.
Tuhan, dalam
konsepsi kaum sufi, adalah rahasia yang tersembunyi. Tetapi Tuhan tak
mau terus menerus berada dalam keadaan tersembunyi. Dia ingin agar
rahasia-Nya tampak kepada orang lain. Lalu alam raya ini Ia ciptakan.
Tuhan yang Maha Tersembunyi, Maha Gaib itu ingin menampakkan diri-Nya
melalui dan dalam semburat warna-warni ciptaan-Nya.
Apa pelajaran
dari hikmat Syekh Ibn Ataillah ini? Kebenaran, jika sudah ingin
menampakkan diri, tak ada sesuatu apapun yang bisa menghalangi
penampakannya. Ada saat-saat krusial dalam kehidupan manusia yang
disebut “moment of truth”, momen ketika kebenaran menyingkapkan diri
tanpa bisa dihalang-halangi oleh siapapun. Orang Jawa mengenal
kebijaksanaan ini melalui filosofi “becik ketitik, ala ketara,” yang
benar, cepat atau lambat, pasti akan muncul ke permukaan, meskipun
segala daya upaya dilakukan oleh para pembencinya untuk
menghalangi-halangi. "The truth is unstoppable when it ripens."
Kebenaran, ketika sudah masak dan tiba waktunya untuk dipetik, tak akan
bisa dihentikan oleh siapapun.
Begitu juga dalam kehidupan
spiritual: Jika Tuhan sudah ingin menampakkan diri kepada seseorang, tak
sesuatu apapun yang bisa menghalangi-Nya. Ketika Tuhan hendak melakukan
“tajalli”, menampakkan diri kepada hamba-Nya, segala hal, bahkan
hal-hal yang tampak remeh-temeh, bisa menjadi instrumen dan alat untuk
penampakan-Nya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar