Jumat, 12 Februari 2016

ISTIGHFAR SETELAH SHALAT LIMA WAKTU


Dalam tradisi umat Islam Indonesia, setiap selesai menunaikan shalat lima waktu, biasanya mereka membaca istighfar bersama-sama. Tidak jarang, istighfar yang dibaca adalah sebagai berikut:
اَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَلأَصْحَابِ الْحُقُوْقِ الْوَاجِبَةِ عَلَيَّ وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
Aku memohon ampun kepada Allah untuk dosa-dosaku, kedua orang tuaku, orang-orang yang aku punya hak kewajiban kepada mereka, seluruh kaum muslim laki-laki dan perempuan, dan kaum beriman laki-laki dan perempuan, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal.
Bacaan istighfar tersebut biasanya dibaca sebanyak tiga kali. Ada beberapa hal yang perlu dijelaskan dalilnya mengenai bacaan istighfar di atas.

Pertama, bacaan istighfar sebanyak 3 kali didasarkan pada hadits berikut ini:
عَنْ ثَوْبَانَ - رضي الله عنه - قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ - صلى الله عليه وسلم - إِذَا اِنْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ اللهَ ثَلاثًا, وَقَالَ: «اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلالِ وَالإِكْرَامِ». رَوَاهُ مُسْلِمٌ.
Sahabat Tsauban radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam apabila selesai dari shalatnya, maka memohon ampunan kepada Allah sebanyak tiga kali dan berkata: “Ya Allah, Engkau-lah Yang Masa Selamat (dari segala kekurangan). Hanya darimu keselamatan itu diperoleh. Maha Suci Engkau wahai Yang Maha Memiliki Keagungan dan Kemuliaan.” (HR Muslim, [591]).
Kedua, memohonkan ampunan bagi kedua orang tua adalah ajaran al-Qur’an al-Karim. Dalam kitab-kitab hadits diriwayatkan:
عن أبي هريرة قال رسول الله صلى الله عليه وسلم إن الرجل لترفع درجته في الجنة فيقول أنى هذا فيقال باستغفار ولدك لك
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya seorang laki-laki benar-benar diangkat derajatnya di surga. Lalu ia berkata: “Dari mana ini?” Lalu ia dijawab: “Sebab bacaan istighfar anakmu bagimu.”
Hadits di atas diriwayatkan oleh Ibnu Majah [3660], Ahmad [8743], dan Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf [12081]. Al-Hafizh al-Bushiri berkata: “Sanad hadits ini shahih, para perawinya dapat dipercaya”. Hadits tersebut memberikan motivasi agar kita senantiasa memohonkan ampunan bagi orang tua kita.
Ketiga, memohonkan ampunan bagi orang-orang yang kita punya hak kewajiban kepada mereka, seperti guru, keluarga, kerabat, sahabat dan orang-orang yang berjasa kepada kita tetapi kita kurang peduli kepada mereka, atau orang-orang yang kita punya kesalahan kepada mereka seperti orang yang pernah kita gunjing (ghibah) keburukan mereka. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa dalil dari para ulama.
عن حذيفة رضي الله عنه قال قلت يا رسول الله إني رجل ذرب اللسان وإن عامة ذلك على أهلي قال فأين أنت من الاستغفار إني لأستغفر الله في اليوم أو قال في اليوم والليلة مائة مرة
Sahabat Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Aku berkata: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku orang yang berlidah keras. Dan sebagian besar hal itu aku lakukan kepada keluargaku.” Beliau menjawab: “Bagaimana kamu dengan istighfar? Sesungguhnya aku memohon ampunan kepada Allah dalam sehari, atau dalam sehari semalam seratus kali.”
Hadits tersebut disebutkan oleh al-Nasa’i dalam ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah [448], al-Baihaqi dalam al-Da’awat al-Kabir [166], dan al-Ashbahani dalam al-Targhib wa al-Tarhib [215], dengan sanad yang shahih dan para perawinya dapat dipercaya. Berkaitan dengan hadits tersebut Ibnu Taimiyah berkata:
إذَا وَجَدَ الْعَبْدُ تَقْصِيرًا فِي حُقُوقِ الْقَرَابَةِ وَالأَهْلِ وَالأَوْلادِ وَالْجِيرَانِ وَالإِخْوَانِ. فَعَلَيْهِ بِالدُّعَاءِ لَهُمْ وَالاسْتِغْفَارِ. قَالَ حُذَيْفَةُ بْنُ الْيَمَانِ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إنَّ لِي لِسَانًا ذَرِبًا عَلَى أَهْلِي. فَقَالَ لَهُ: أَيْنَ أَنْتَ مِنْ الاسْتِغْفَارِ؟ إنِّي لأَسْتَغْفِرُ اللهَ فِي الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ مَرَّةً ".
Apabila seorang hamba menemukan keteledoran atau kekurangan pada dirinya dalam memenuhi hak kerabat, istri, anak-anak, tetangga dan sahabat, maka ia harus mendoakan mereka dan membaca istighfar. Hudzaifah bin al-Yaman berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam: “Sesungguhnya aku memiliki lidah yang tajam kepada keluargaku.” Lalu beliau menjawab: “Bagaimana kamu dengan istighfar? Sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali.” (Majmu’ Fatawa Ibn Taimiyah, juz 11 hlm 698).
Al-Baihaqi meriwayatkan:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ مِنْ كَفَّارَةِ الْغِيبَةِ أَنْ تَسْتَغْفِرَ لِمَنِ اغْتَبْتَهُ، تَقُولُ: اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلَهُ ".
Sahabat Anas bin Malik berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya di antara tebusan ghibah adalah kamu hendaknya memohonkan ampunan bagi orang yang kamu gunjing. Kamu berkata: “Ya Allah, ampunilah kami dan dia.”
Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Baihaqi dalam al-Da’awat al-Kabir [575], dengan sanad yang dha’if. Berkaitan dengan hadits tersebut, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata:
وهذه المسألة فيها قولان للعلماء - هما روايتان عن الإمام أحمد - وهما : هل يكفي في التوبة من الغيبة الاستغفار للمغتاب أم لا بد من إعلامه وتحليله ؟ والصحيح أنه لا يحتاج إلى إعلامه بل يكفيه الاستغفار وذكره بمحاسن ما فيه في المواطن التي اغتابه فيها
Dalam masalah ini ada dua pendapat di kalangan ulama, yaitu dua riwayat dari Imam Ahmad. Kedua masalah tersebut adalah, apakah dalam bertaubah dari ghibah cukup memohonkan ampunan bagi orang yang digunjing atau harus memberitahukan dan meminta kehalalannya? Pendapat yang benar, hal tersebut tidak perlu memberitahukannya, akan tetapi cukup memohonkan ampunan baginya dan menyebutkan kebaikan-kebaikannya di tempat-tempat ia menggunjingnya. (Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, al-Wabil al-Shayyib hlm 320).
Keempat, memohonkan ampunan bagi seluruh kaum Muslim laki-laki dan perempuan. Hal ini didasarkan pada hadits berikut ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ مَالٌ يَتَصَدَّقُ بِهِ ، فَلْيَسْتَغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ ، فَإِنَّهُ صَدَقَةٌ "
Sahabat Abu Hurairah, radhiyallahu 'anhu berkata: " Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang tidak memiliki harta yang dapat ia sedekahkan, maka mohonkanlah ampunan bagi kaum beriman, karena tersebut merupakan sedekah".
Hadits tersebut diriwayatkan oleh al-Thabarani dalam al-Du'a (1489) dan dalam al-Mu'jam al-Ausath (2693) dengan sanad yang Hasan. Pesan dan petunjuk dari hadits tersebut sangat jelas, yaitu motivasi memohonkan ampunan bagi saudara kita seagama, dan hal tersebut termasuk sedekah kepada mereka. Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar